Jumlah korban Stevan M alias Vidi, tersangka penyewaan gadis-gadis belia kepada para hidung belang, tak terhitung dengan jari lagi.
Itu pun baru terungkap di salah satu sekolah kejuruan ternama di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara yang Rabu (29/9/2010) kemarin didatangi personil Polsek Amurang.
"Kami baru turun di satu sekolah saja untuk mengambil keterangan korban. Korban ini kami ketahui dari keterangan korban AR dan Vidi sendiri, hasilnya baru satu sekolah itu saja sudah terdapat 12 atau belasan oranglah, dan semuanya adalah jaringan si Vidi," ujar AKP Mohamad Kamidin, Kapolsek Amurang kepada Tribun Manado.
Kamidin menambahkan, mereka besok akan kembali melacak korban lainya di sekolah lain, seperti yang dibeberkan korban AR ini.
"Besok kami akan turun lagi di sekolah-sekolah untuk mencari keterangan korban lainya, agar jaringan ini bisa terbongkar dan siapa lagi tersangka dapat diketahui," ujar Kamidin.
Menurut dia, korban disewakan oleh Vidi dari berbagai lapisan masyarakat, ada yang pegawai negeri sipil (PNS), pekerja swasta, bahkan ada yang anggota polisi.
"Kalau di Minahasa Selatan, pengakuan korban rata-rata penyewanya adalah PNS, dari berbagai golongan. Yang kami sudah ketahui pasti, nama Rino T, seorang di Dinas Kehutanan, dan seorang lagi mantan camat di Minsel," ujarnya.
Korban AR pun buka mulut bahwa ia tak sempat bersetubuh dengan seorang mantan camat karena dia berlaku kasar, sehingga AR pun lari. Meski begitu, dirinya sempat dia pegang karena sudah disewakan oleh Vidi.
"Kami bawa si korban ini lalu putar-putar Minahasa Selatan untuk tunjukan mana-mana saja kantor tempat si hidung belang, lalu dia tunjukan, makanya kami tahu," ucap Kamidin lagi.
Bukan hanya itu. Pengakuan AR ada dua atau tiga orang di antaranya adalah anggota polisi di Polres Minsel, dan menurut AR ada seorang yang sangat dikenalnya, bertugas di bagian buru dan sergap. AR mengaku "diapaki" di Desa Poigar, Kecamatan Sinonsayang.
Menurut Kapolsek Amurang, pekerja swasta pun ada. Sewaktu mengantar korban untuk menunjukan hidung belang yang disewakan oleh Vidi, seorang pekerja swasta tersebut adalah kepala unit pada sebuah kantor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Minahasa Selatan.
"Keterangan korban pada kami, dia ini kepala unit pada sebuah BUMN di Minahasa Selatan," ungkap Kamidin.
Pengakuan para korban kepada polisi, terdapat enam lokasi yang sering dipakai untuk bermain, yakni penginapan Transit di Sinonsayang, Hotel Minahasa Indah (MI) di Amurang, penginapan samping Pegadaian Amurang, Penginapan MCM jalan Menuju Pinaling, rumah Vidi dan rumah penyewa itu sendiri.
Khusus untuk pesanan spesial ke Manado dan Bitung, memang korban tak mengetahui banyak siapa dan apa pekerjaan dari mereka, namun setahu mereka memakai seragam aparat negara.
Vidi dan Ari, memang sudah seperti membisniskan penyewaan ini, sebab menurut Kapolsek Amurang, meski mereka berteman, namun terlibat persaingan gadis untuk disewakan.
"Kalau Vidi kebanyakan anak sekolahan, tetapi Ari anak-anak yang putus sekolah. Kalau ada jaringan Vidi yang direbut Ari tanpa izin, kadang Vidi dongkol sama si Ari," ungkapnya.
Sementara beberapa Warga Desa Lopana mulai resah terhadap adanya jaringan ini. Rolly Makauli, seorang tokoh masyarakat di desa tersebut, mengatakan kepada wartawan Tribun Manado, warga sekitar lingkungan Vidi mulai ramai membicarakan kejadian ini.
"Saya datang ke sebuah acara, mereka ramai membicarakan gonjang-ganjing mengenai si Vidi, dan mereka sangat menginginkan agar Vidi dapat ganjaran sesuia hukum dan setimpal perbuatannya," ujarnya.
Beberapa orangtua yang ada anaknya sekolah pun mulai gelisah. "Saya takut anak saya nanti jadi korban, kalau ada yang ngajak-ngajak main ke sini-situ, tahu-tahunya nanti keterusan," ujar seorang ibu warga Pondang.