Pekerja Pembangun Piramida Dirawat Dengan Layak



Para pekerja ini mendapat asupan makan lebih layak dibanding di desa. Mereka juga mendapat gandum, bir, dan layanan kesehatan.
Lanskap Sphynx dengan piramida Menkaure sebagai latar. (Thinkstockphoto)

Berdasarkan penelitian terhadap kerangka pekerja pembangun piramida Mesir, para pakar menyimpulkan bahwa mereka diperlakukan dengan layak. Para pekerjanya yang bisa mencapai jumlah 10.000 orang, mendapat asupan gizi, layanan kesehatan, dan tempat tinggal.
Kerangka yang jadi dasar penelitian ini ditemukan di peninggalan sebuah kota berjarak 400 meter dari lanskap The Sphinx. Kota tersebut diperkirakan menjadi tempat tinggal pekerja ketika membangun piramida pharaoh Menkaure ribuan tahun lalu.
Di kota ini, para pakar menemukan lokasi penyembelihan dan tumpukan tulang hewan. Berdasarkan temuan tersebut, ditambah data nutrisi, disimpulkan rata-rata ada lebih dari seribu kilogram daging yang disembelih tiap harinya untuk mengasup para pekerja.
Bukan itu saja, beberapa kerangka yang ditemukan memperlihatkan adanya bentuk penyembuhan. Artinya, mereka mendapat perawatan kesehatan. "Orang-orang ini dirawat, diberi makan saat bekerja, jadi orang lain akan ikut tertarik akannya (bekerja membangun piramida)," kata Richard Redding, Chief Research Officer di Ancient Egypt Research Associates (AERA), sebuah grup yang mempelajari situs kota pekerja ini selama 25 tahun.
Masih menurut Redding, para pekerja ini kemungkinan besar juga mendapat makan lebih layak dibandingkdi desa. Semua temuan ini ia publikasikan dalam buku Proceedings of the 10th Meeting of the ICAZ Working Group Archaeozoology of southwest Asia and adjacent Areas.
Membangun piramida memang bukan hal mudah. Pelakunya harus mendapat asupan 45 - 50 gram protein per harinya. Setengah protein ini datang dari ikan, kacang, dan non-daging lain. Sementara, setengah asupan lainnya berasal dari domba, kambing, dan sapi.
Produk lain yang didapat para pelaku piramida ini termasuk gandum dan bir. Tetapi susu dan keju tidak masuk dalam menu karena masalah transportasi dan produksi sapi yang menurun.
(Zika Zakiya. Live Science)

Follow On Twitter